Blog,Sebuah Pilihan Ketika Media Massa “Berkolusi” Dengan Koruptor
Benarkah Media massa baik cetak maupun elektronik di negeri ini khususnya di Sumatera Utara masih bersifat independent ?. Jawaban para pemilik dan penanggung jawab serta pemimpin redaksi media pasti YA. Jika masyarakat yang kita tanya, mungkin jawabannya Ya dan Tidak. Tapi jika saya yang ditanya, pasti saya jawab TIDAK. Apreori, mungkin Ya, mungkin Tidak !. Tapi saya punya alasan dan pengalaman sendiri tentang media massa khususnya media cetak.
Sejak tahun 2001 lalu saya sudah bergelut dengan pekerjaan seorang jurnalistik di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Namun saya harus mundur, sebab surat kabar yang saya harapkan dapat memuat tulisan tentang segala bentuk penyimpangan uang negara di kabupaten tersebut selalu tidak memuat tulisan saya dengan seribu alasan. Tapi jika saya menulis berita yang intinya menyanjung kinerja pejabat daerah maka berita tersebut akan dimuat dengan judul besar-besar dihalaman depan surat kabar. Munafik, itulah yang dapat saya katakan walau hanya dalam hati.
Mungkin Pemred (pemimpin redaksi) saya yang tidak berani, kalimat ini yang terlintas dibenak saya saat itu. Lalu saya coba bagi-bagikan berita tersebut kepada rekan-rekan pers lainnya, namun ternyata berita tersebut juga tidak terbit. Rilis berita tersebut mungkin salah atau mungkin terlalu tendensius mendeskriditkan seseorang? Atau mungkin tidak mengikuti aturan jurnalistik yang dikenal dengan istilah 5 W. Ternyata tidak. Tulisan tersebut sudah sesuai UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, termasuk penggunaan kata, kalimat dan bahasa sesuai dengan kaidah dan tata krama di Indonesia.
Hal seperti ini membuat saya jenuh dan mempertanyakan kepada pimpinan surat kabar. Jawabannya ternyata sangat mengejutkan, yaitu : “Kita masih punya “kepentingan” dengan pejabat daerah yang akan diberitakan”. Kepentingan tersebut tidak lain adalah kepentingan uang. Bersambung ……………...bye.brewok
LEAVE A COMMENT